Prolog
Aku
menghirup nafas dalam dalam dan mengeluarkannya dengan keras seolah aku
membuang semua rasa cemas yang memenuhi tubuhku hari ini. Berkali-kali aku
melihat penampilanku di kaca lift untungnya hanya aku sendiri yang ada didalam
lift tersebut. Syukurlah setidaknya tidak ada yang melihatku gugup saat ini.
Bagaimana mereka akan percaya dengan presentasi konsep yang kubuat selama satu
minggu lebih kalau mereka melihat wajahku yang penuh kecemasan seperti saat
ini.
Saat
pintu lift terbuka dan saat itulah aku menegakkan tubuhku dan menyunggingkan
senyum manis dan lebar. Sudah banyak orang yang datang. Untunglah kali ini aku
tidak terlambat seperti pada meeting sebelumnya sampai sampai aku harus
menghadap ayahku yang notabene adalah pemilik perusahaan ini untuk meminta
maaf. Karena keterlambatanku sebelumnya, perusahaan kami didiskualifikasi dari
presentasi konsep untuk konser artis legendaris yang berasal dari Amerika. Yang
bahkan sampai saat ini aku sedikit kesal kalau menyebutkan namanya.
Aku
melihat tim kerja perusahaan kami sedang berdiri sambil memegangi cangkir
berisi kopi dan sepotong roti brownies untuk coffee break.
“kali
ini aku nggak telat kan?”
“telat.
Tapi untungnya belom dimulai.”
Dengan
cepat kulirik jam tanganku. Sudah lebih lima menit dari rancangan jadwal
meeting dimulai. Untung saja, ucapku dalam hati. Awalnya aku berniat mengambil
segelas kopi dan sepotong roti seperti yang lain. Tapi niatan itu sirna setelah
mendengar suara pintu raungan meeting dibuka dan semua orang termasuk tim kerja
dari perusahaan kami mulai menaruh cangkir dan berjalan seperti digiring untuk
masuk ke ruangan super dingin. Yah walaupun suhu ruangan ber-ac yang di kulit
orang lain terasa biasa saja. Namun berbeda dengan apa yang kurasakan apalagi
saat akan mempresentasikan konsep. Ruangan ini seperti suasana saat musim
dingin di Perth yang mengharuskanku memakai pakaian super tebal.
Tanganku
menggenggam erat sebuah map dan berkas berkas bertuliskan SEINNA Entertainment,
nama perusahaan yang kini sedang kupertaruhkan ke-eksistensiannya. Walaupun
sudah ratusan kali presentasi mengenai konsep dari mulai masa-masa sekolah sampai
di tempat magang, rasa gugup membuat perut terasa sembelit tetap tidak pernah
menghilang dari sejarahku, dan mungkin ke masa depan. Mungkin saat ini wajahku
terlihat pucat jika aku tidak memakai lipgloss dan sedikit sentuhan perona pipi
di wajahku.
“kamu
gugup ya?” Tanya salah satu tim kerjaku, nino yang usianya dua tahun dibawahku.
“well,
kamu sekarang ngeledekin aku atau gimana, nih?” semburku sambil menatap
wajahnya garang.
“tenang
aja, konsep yang di bikin sama mba menurutku bagus dan beda dari yang lainnya,
kok.”
Kali
ini aku memakai konsep yang lebih menjurus kepada kedekatan antara artis dengan
penonton. Berhubung penyanyi ini, Kai Burman, adalah mantan dari group vocal
yang sudah dibubarkan beberapa tahun yang lalu. Dan sempat vacuum dari industri
musik. Pastinya banyak penggemarnya yang ingin menyaksikannya lagi dan
menginginkan untuk lebih dekat dengan artis favoritnya.
Dan
saat mendengar nama perusahaan kami disebut, untuk sepersekian detik jantungku
berhenti berdetak dan semuanya tearasa hening sampai aku bisa mendengar suaraku
menelan ludah. Well at least aku sudah mempertaruhkan seluruh ide ku untuk
konsep ini.
P.s untuk kesekian kalinya aku buat novel baru. dan pas tadi pagi aku liat di komputer (tabung) lama, ada banyaaaaakkkkkkkkk cerita yang niatnya sih mau bikin novel tapi malah berhenti ditengah jalan. sebenernya sih ada banyak ide cerita yang udah nangkring di otak dan harus ditulis. nah saking banyaknya, malah nggak bisa ketulis. karena pas lagi nulis satu alur cerita, muncul alur baru lagi dan mulai nulis di halaman baru lagi.
P.s.s ini adalah prolog yang kesekiaaaaaaaaaaannnnn kalinya aku bikin. yah semoga yang ini nggak ke tumpuk sam aide lain.
No comments:
Post a Comment